Minggu, 26 Februari 2012

Tatapan Matanya

Menjadi seorang karyawan swasta dan mahasiswa menjadi prioritas dan kegiatanku saat ini. Macetnya Jakarta setiap pagi selalu membuatku jengkel sampai-sampai motor pun sulit bergerak. Padat, sesak, gerah, polusi yang berlebihan bercampur aduk menjadi satu, belum lagi banyak pengendara tak beretika yang main serobot tak sabar membuatku mengoceh sendiri karena kesal. Jarak tempuh rumah ke kantor biasanya bisa aku lalui hanya 30 menit jika di hari Sabtu, tetapi untuk hari biasa hampir satu setengah jam.. waw.. lama dan membosankan. Tetap bersabar dan menikmati perjalanan dengan caraku, bukan memandang uniknya kota Jakarta dengan berbagai kemacetan dan penuhnya kendaraan mulai dari mobil mewah, motor keluaran baru dalam jumlah banyak yang memenuhi jalanan, hingga metromini yang menyemrotkan asap hitamnya. Dengan memejamkan mata sambil mendengarkan musik hits pembangkit semangat sambil menyanyi dengan suara keras nan merdu, menghayati setiap lirik lagu yang terdengar di headset handphoneku.

Pagi itu, aku bangun pukul 6 pagi saat matahari sudah sampai puncaknya memancarkan terik cahaya hangat. "Oh My God, aku kesiangan bangun." dengan mandi ala koboy, setelah itu aku memohon kepada ayahku untuk mengantarkanku ke kantor, waktu itu motorku hilang sehingga tak ada pilihan lain untuk meminta bantuan kepadanya, karena jika aku naik angkot, aku tidak bisa membayangkan jam berapa aku bisa sampai di kantor. Jakarta oh Jakarta, selalu dihiasi kemacetan namun tak dapat ku pungkiri, segala nikmat dan anugerah yang aku dapatkan berasal dari kota tercinta ini.

Tak terasa ternyata sudah sampai di depan kantor, sebelum memasuki gedung mewah ini ucapan terima kasih aku sampaikan kepada pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu siap setiap saat, Ayahku Tersayang. 
Masih gerah padahal sudah memasuki area AC. Dengan memakai pakaian kerja sederhana karena tidak sempat memilah milih pakaian saking telatnya dan tanpa make up pula membuat wajahku semakin kucel menempel debu. "Ah, masa bodo, yang penting bisa nyampe kantor tepat waktu." Ucapku asal.

Saat memasuki pintu lift untuk menuju kantorku, ada seorang lelaki gagah tinggi, rambutnya botak baru numbuh, berkemeja panjang dan berpenampilan rapi layaknya orang kantoran, jika dilihat dari tampang sepertinya Ia masih muda sekitar 25 tahunan. "Alamak, matanya tertuju padaku."  aku tetap dengan gayaku yang apa adanya dan tak mempedulikan tatapannya. aku yakin Ia menilai bahwa aku seorang yang berantakan dan tak pintar menghias diri. "Ah, sial tatapannya membuatku semakin tak percaya diri." kataku berkata di dalam hati karena melihat tatapannya sinis sebelah mata. Saat pintu lift terbuka pada lantai 8 kantorku, ternyata Ia pun keluar bersamaan denganku, ternyata Ia karyawan kantor sebelah yang wajahnya tak pernah ku lihat. 

Suatu ketika, teman kantorku, Novi memintaku untuk menemaninya ke toilet. Tak sengaja aku bertemu dengannya lagi. "Gila cool banget tuh cowo." Ucap Novi pelan sambil mencolek bahu ku
"Mana Mba?" Kataku yang berpura-pura tak tahu.
"Itu, yang barusan keluar dari toilet juga. Gak ada cowo lagi kan selain dia." Jelas Novi singkat sambil senyum-senyum sendiri.
"Oh, dia." Ucapku tak tertarik
"Iya, huft. Kenapa lu? kayaknya gak suka banget." Tanya Novi heran
"Hemm, cool sih.. tapi gw sebel mba, kemaren gw kesiangan kan trus gak sempet dandan udah gitu keringetan juga.. pokoknya kemaren itu hari berantakan buat penampilan gw deh sampe-sampe gw gak PD sama diri gw sendiri, udah gitu gw satu lift sama dia. Lo tau mba, dia itu mandang gw sinis sebelah mata. balagu banget kan. huft sebel gw makanya."
"Oya?? belagu banget tuh cowo." Ucap Novi langsung ilfil.

Beberapa hari berlalu, aku masih ingat tepatnya di hari Jumat. Biasanya aku mengenakan batik terusan dengan berbagai motif yang aku punya. Jumat itu, sengaja aku berpenampilan lebih rapi dari Jumat-Jumat sebelumnya karena aku di undang oleh rekan kerjaku untuk menghadiri resepsi pernikahannya. Aku mengenakan baju batik terusan dengan motif indah warna merah kombinasi biru dan hijau dengan sepatu putih higheels dan ber make up soft remaja. Sangat feminim, sederhana namun tetap terlihat eksklusif. Sebelum pergi ke resepsi, aku mengajak Novi untuk Solat Ashar terlebih dahulu. 

Saat perjalanan menuju Musolah yang letaknya di lantai 6, lagi-lagi aku bertemu dengannya, pria menyebalkan yang pagi kemarin menatapku sinis baru saja keluar dari pintu lift. Ia sempat melihat kami berdua lalu berjalan menuju kantornya, saat itu aku tetap berjalan lurus, dan tertata rapi dengan higheelsku. Tiba-tiba saat Ia berjalan menuju kantornya, sontak Ia berbalik badan dan memutar arah ke toilet. Matanya masih saja memandangku, kali ini bukan tatapan sinis yang Ia pancarkan tetapi dengan mata senyum tak berkedip melihatku.

"Tebar pesona banget sih tuh orang." Bisik Novi ke ujung telingaku.
"Iya, gak ngerti deh gw maksudnya apa." Sahutku singkat. Aneh mungkin Ia pangling melihat penampilanku.

"Positif Thinking aja. hehehehe.."
 

Kamis, 23 Februari 2012

I Wish The Best For You

I hope that you always fine
I hope that you continue to be yourself
Still be a funny, smart, mature and independent

I wish you success in your work and college
I hope your family in good health
I hope that you get a good lover

I hope that everything is best for you

Selasa, 21 Februari 2012

Bukan Sahabat Biasa

Dear Pembaca, cerita ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat dan karakteristik penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya. Selamat membaca..
-------------------------------------------------------------------------------------------------
 Hari  yang cerah. Sinar matahari melambai-lambai di angkasa. Tepatnya pukul 9 pagi Dicha sudah bangun dari tidurnya. Ia merapikan seprei serta bantal dan seisi kamarnya. Hari Sabtu ini adalah jadwalnya Dicha off kerja. Biasanya kegiatan yang Ia lakukan adalah berkumpul dengan teman-temannya. Setelah selesai mandi, Dicha langsung mengecek handphonenya. “oalah, kaga ada inbox masuk, sepi amat yaa Hp gw.” Jari-jarinya langsung aktif menggoyangkan keypad handphone, Ia mengirimkan sms untuk teman-teman seperjuangan, sahabat-sahabat kampusnya. “To: Evan, Togi, Lisa, Indri, Lusi, n Nia.. pada liburkan hari ini?? Ngumpul yuk ahh, BT nih dirumah.”

Tidak lama setelah mengirimkan sms, aroma sedap tercium dari kamarnya yang tertutup rapat. Dicha pun keluar kamar.
“hemmm... wangi banget Mah, masak apaan sih??” tanya Dicha kepada Mamanya.
“hey, udah mandi Mas??masak makanan kesukaan kamu lah.” Jawab Mamanya sambil tersenyum.

 Dicha merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia memiliki adik perempuan yang masih duduk dibangku SMA, maka tak heran jika Mamanya memanggilnya dengan sebutan “Mas.”

“hemm, pantesan aromanya gak nahan, makan duluan boleh yaa Ma??” sambil mengambil piring       yang letaknya tak jauh dari meja makan.
“Makan aja mas, ada rencana mau jalan kemana hari ini?” tanya Mamanya yang sudah tahu bahwa setiap hari libur Ia memang tak pernah betah di rumah.
“Gak tau Mah, belom ada rencana.” Suaranya padat karena sambil mengunyah makanan.
“Lah, gak jalan sama Cewek kamu??” ucap Mamanya sambil bercanda
“Gak Mah, hari ini dia ngajar, trus sorenya ada acara sih katanya sama temen-temen kampusnya, makanya dia bilang untuk malem minggu ini dia gak bisa nemenin aku.” Dicha Menjelaskan detail kepada Mamanya.
“Lho, kamu gak marah sama dia??, hemm kalo Mama jadi kamu, Mama pasti udah marah sama Dia karna gak mau nemenin malem mingguan” Ledek mamanya sambil mengupas buah semangka untuk Dicha.
“Hahahaa, cape deh Ma, aku kan bukan anak kecil lagi, yaa ngertilah Ma, aku udah dewasa, lagian aku juga suka gak bisa nemenin dia kok kalo dia libur, yaudah lah santai saja.. aku masih punya sahabat kampus yang asyik n seru yang bakalan nemenin hari liburku.”

Mamanya hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. “anakku sekarang sudah dewasa.” Berkata didalam hatinya.

Dicha adalah seorang pria berusia 25 tahun. Ia seorang karyawan dan Mahasiswa semester dua di salah satu Universitas swasta di Jakarta.

Tidak lama kemudian, Ia menerima balasan sms dari Evan, Togi, Lisa, Lusi, Indri, dan Nia yang jawabannya menyatakan persetujuan untuk berkumpul bersama.

“Tuh kan bener Ma, asyik nih hari ini aku jadi jalan sama temen-temen kampus Ma, biasa ke beskem” Curhat Dicha kepada Mamanya yang sudah tahu bahwa basecamp tempat mereka kumpul adalah di Mc Donald Cilandak karena tempatnya strategis mudah dijangkau oleh mereka selain itu tempatnya lumayan nyaman untuk berkumpul.

Evan, Togi, Lisa, Lusi, Indri dan Nia adalah sahabat Dicha di kampus, sejak semester awal mereka bertemu, mereka sudah menemukan kecocokan dalam bersahabat. Mereka memiliki karakteristik yang berbeda dan itu yang selalu memberikan warna dalam persahabatan Mereka. Evan merupakan seorang yang cukup cerdas, seru dan gokil, namun terkadang sikapnya suka aneh, mendadak pendiam dan cuek, sementara Togi adalah seorang yang cukup pendiam, agak kurus dan memiliki ciri khas jika tertawa masih tertahan tak lepas seperti yang lainnya, dan Lisa adalah seorang gadis yang usia nya sama seperti Evan dan Nia yang baru beranjak dewasa sekitar 20 tahunan, Ia agak kekanak kanakan, bawel, dan murah senyum, Lusi adalah seorang perempuan mungil yang agak tomboi berambut pendek, dan usianya tidak jauh berbeda dengan Dicha, Indri adalah seorang gadis kalem namun jika tertawa sulit untuk diberhentikan, sementara Nia adalah seorang gadis yang bertubuh lumayan gendut, berkulit putih, bawel dan jika berbicara pasti sambil tertawa. Perbedaan usia dan karakteristik membuat mereka semakin seperti keluarga. Tak jarang jika Evan, Togi, Lisa, Indri, dan Nia menganggap Dicha dan Lusi sebagai kakak mereka karena selain usianya yang sudah dewasa dibandingkan mereka, Lusi dan Dicha memiliki sifat yang sama yaitu dewasa dan mengayomi yang muda.

Banyak hal yang mereka lakukan setiap berkumpul, selain mengerjakan tugas kuliah, mereka juga belajar mata kuliah yang lain. Jika salah satu dari mereka ada yang kurang mengerti tentang pembahasan yang dijelaskan dosen didalam kelas, maka salah satu dari mereka ada yang sharing ilmu dan menjelaskan mata kuliah tersebut. Inilah salah satu kelebihan dari persahabatan mereka, karena ada sesuatu yang didapatkan selain berkumpul dan tertawa bersama, mereka juga melakukan aktivitas yang jarang dilakukan oleh perkumpulan mahasiswa lain yaitu belajar bersama.

Tepatnya pukul 15.00 WIB mereka sudah berkumpul di basecamp, suasana yang seru menyelimuti perkumpulan mereka sore ini. Hampir seisi Mc Donalds memalingkan matanya ke kursi mereka karena suara tertawa mereka yang seru dan paling berisik di tempat itu. Setelah selesai mengerjakan kisi-kisi untuk UTS minggu depan, kini waktunya mereka bercanda ria.

“Sekarang aku gendutan gak sih?” celetuk Nia sambil tertawa
“Iya, kenapa sih?” tanya Dicha sambil tersenyum
“kamu tau kenapa? Soalnya kamu udah mengembangkan cinta yang banyak dihati aku.” Kata Nia menggoda Dicha sambil membaca di notebook miliknya, kata-kata ini Ia dapatkan dari sebuah situs internet.
“jiahahahahaa” semua dari mereka tertawa mendengar lawakan Nia. Bukan saja karena kata-kata gombal yang Ia dapatkan dari Internet, tetapi mereka tertawa karena gaya tetawa Nia yang  nyaring sambil membaca kata-kata gombal itu memang sudah membuat mereka tertawa.
“Aku didiagnosa sakit jantung.” Kata Evan sambil senyum-senyum sendiri membaca kata-kata dilaptopnya, sepertinya Ia juga tidak mau kalah dengan kata-kata gombal dari Nia
“hah kok bisa sih?” sahut Lisa meledek
“iya jantungku selalu berdegup kencang bila dekat kamu. Hahahaha.. ada-ada aja nih kata-kata gombal.” Kata Evan sambil tertawa
“ciyeeee... wah-wah curiga gw” sahut Indri
“Hemm.. apa bedanya monas sama kamu?” kata Lisa, Ia mendapatkan kata-kata ini dari sebuah acara televisi komedi
“bedanya apa??” tanya Evan
“kalo monas milik negara, kalo kamu ya milik aku.”Jawab Lisa sambil tertawa
“ciyeeeee...” serempak mereka semua menggoda Evan dan Lisa
Kemudian berlanjut kata-kata gombal dari Dicha: “Lusi, Lusi, aku suka senyum-senyum sendiri lho.”
“hah, kamu gila yaa??” kata Lusi meledek
“nggak, aku sedang mikirin kamu.”
Hahahhhaaaaa.. ^_^
“Dicha, Dicha kamu pake Indosat yaa??” balas Lusi yang tak ingin mengalah menyampaikan kata-kata gombalnya.
“yailehh, kenapa emang??” Sahut Dicha
“karena sinyal-sinyal cintamu kuat sampai ke hati aku.” Kata Lusi sambil tertawa

Ternyata kata-kata gombal cukup membuat mereka tertawa dan terhibur setelah stress mengerjakan kisi-kisi UTS.

“kenapa aku tetap menginginkanmu walau kamu tak pernah punya rasa yang sama. Masalahnya begitu sulit membuatmu mencintaiku, lebih sulit lagi memaksa hatiku berhenti memikirkanmu. hahahhaaa” kata Lisa. Kata-kata ini baru saja Ia dapatkan dari situs internet.
“ciyee buat siapa sih Lis??” tanya Togi
“Buat siapa aja yang ngerasa.. hahahhaaa..” Ucap Lisa
“Kak Lusi, kak Lusi kata Bang Dicha, kamu punya kunci apa aja sich??” Ledek Nia
“Emangnya kenapa cin??” Sahut Lusi centil
“Punya gak kunci yang bisa buka hatinya mba Lusi buat Bang Dicha. Hahahhahaaaa” kata Nia sambil tertawa-tawa
Indripun menunjukkan karakteristiknya yang tidak bisa berhenti tertawa, sementara Togi hanya senyum kecut tak ingin tertawa lepas seperti sahabatnya yang lain.
“wah wah curiga nih gw, Mba Lusi sama bang Dicha jangan-jangan nih.” Ledek Indri sambil tertawa.
Saat ini Lusi tidak memiliki rasa apapun kepada Dicha dan menganggapnya sebagai teman seperkumpulan, Ia pun cuek dengan kata-kata yang Indri lontarkan, lagi pula Ia juga sudah tahu kalau Dicha sudah punya kekasih hati bahkan satu kampus bersamanya. Dicha pun begitu, Ia menganggap kata-kata gombal itu adalah sebuah bahan candaan sekedar untuk seru-seruan.

“Janji yaa, pokoknya di persahabatan kita gak boleh ada yang jadian!!” ucap Dika serius
“wah.. wah, gak bisa gitu dong Dik, berarti lo melanggar HAM. HAHAHAAA” celetuk Lisa sambil bercanda
“Iya nih, kan kita gak pernah tau bang, siapa tau aja si Lisa sama Evan trus Mba Lusi sama Bang Dicha gitu.. hehehehee.. peace bang..” Ucap Indri tersenyum

Memang jika dilihat dari persahabatan mereka, ada hal unik yang tidak sengaja diperlihatkan, Lusi dan Dicha memang sama-sama memliki sifat dewasa, usia mereka tak jauh berbeda dan sama-sama easy going orangnya, sementara Lisa dan Evan mereka sama-sama lulus seangkatan, selalu semangat jika pelajaran di kampus berlangsung dan secara tidak sengaja, mereka selalu dipertemukan dalam satu kelompok jika ada tugas kuliah secara tim, maka tak heran jika hampir seluruh teman sekelasnya membuat gosip mereka berpacaran, padahal selama ini mereka hanyalah teman biasa, sahabat karib dan sahabat seperjuangan.

Lebih uniknya lagi, jika berkumpul Lisa selalu menunjukkan sikap kekanak-kanakannya, hal ini Ia lakukan karena usianya yang masih remaja, sementara Lusi, Indri, dan Dicha berperan sebagai kakaknya, kakak yang mengerti sikap adiknya yang masih kekanak-kanakan, Evan tetap dengan gayanya, seru dan kadang berubah menjadi pendiam tak jelas, dan Togi selalu mendadak aneh dengan sikapnya, terkadang Ia murung, bertindak tak jelas dan membingungkan sahabatnya yang lain, kemudian Nia, Ia masih sama seperti yang dulu, selalu tertawa sambil bicara. Sungguh persahabatan yang unik dengan perbedaan karakteristik.

Dicha dan Lusi, hampir setiap hari mereka menjalin komunikasi baik melalui telepon, sms, maupun jika bertemu di dalam kelas. Setiap candaan yang mereka lontarkan, selalu mengandung makna cinta yang secara tak langsung sudah diungkapkan oleh keduanya. Lisa, Evan, Indri, Togi dan Nia sudah biasa tentang candaan seperti tadi karena mereka sering berkumpul, tetapi bagi orang awam mungkin mereka akan berfikir bahwa Dicha dan Lusi adalah suatu pasangan yang cocok karena mereka tidak berhenti tertawa dan menghibur sahabatnya yang lain dengan kata-kata gombal yang sering mereka ungkapkan bersama secara berbalasan, maka tak heran jika teman-temanya di kelas maupun diluar kelas menganggap mereka berpacaran.

Lisa, Lusi, Evan dan Dicha hanya tersenyum saja tanpa ekspresi, sepertinya memang mereka semua sudah mulai lelah dengan aktivitasnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 dan mereka bersiap-siap untuk pulang.

Kumpul bersama ini memang sudah sering mereka lakukan tepatnya di hari Sabtu saat Dicha Off kerja.

Sebenarnya Dicha dan Lusi adalah pasangan Duo yang cocok karena bukan saja usia mereka yang tidak terlalu jauh, selain itu mereka punya hobi yang sama yaitu suka bercanda bersama dan itu membuat mereka nyaman. Bahkan mereka memiliki panggilan aneh, Dicha memanggil Lusi dengan sebutan “Kodok” sementara Lusi memanggil Dicha dengan sebutan “Cumi.”

-----
“Assalamualaikum” salam Dicha yang baru saja tiba di rumah
Lampunya ruang tamunya sudah gelap dan biasanya anggota keluarganya sudah pada tidur.
“Waalaikum salam” Jawab Mamanya
“Lho, Mama belom tidur??” sambil memasukkan motor maticnya ke dalam rumah
“Belom, Mama sama Adek kamu masih nonton tv..” jawab Mamanya
“Ayah udah tidur Ma?” tanya Dicha
“Udah, tadi Ayah nyariin kamu dia minta kamu buat benerin genteng diatas sepertinya ada yang bocor.”
“hemm benerin genteng enaknya ditemenin sama teh sariwangi yaa Ma.” Ledek Dicha sambil tersenyum. “Aku ke kamar Dulu Ma” sambil membuka pintu kamarnya.

Laptop dinyalahkannya, kali ini dia ingin online di facebook sambil menandai foto-foto yang tadi  bersama sahabat kampusnya di Basecamp.

“Mana sih temen-temen yang kamu bilang seru n asyik?” tanya Mamanya sambil menghampiri Dicha di kamar
“Ini mah, kita ber enam, ini Namanya Evan, trus ini Togi, nah ini si Nia, sebelahnya Indri n ini yang pake baju Merah namanya Lisa, trus yang rambutnya bondol namanya Lusi.. nah si Lusi nih biar kecil-kecil sepantaran Mah sama Dicha.” Jelas Dicha sambil menunjukkan foto sahabatnya yang sore tadi foto bersama.
“Oh, ini sepantaran sama kamu Mas, mukanya awet muda Yaa, kaya adek kamu, kapan-kapan ajaklah sahabat kamu main kerumah sekalian cicipin masakan Mama yang sedap.” Ucap Mamanya Dicha.

“Iya Mah, tapi gak bisa akhir-akhir ini ya, soalnya jadwal padat banget nih.. Sabtu depan jadwalnya Dicha karokean sama mereka, Sabtu depannya lagi mau foto bareng di studio foto, trus Sabtu depannya lagi mau bersantai ria di taman menteng sambil ngabisin voucher gratisan di Seven Eleven lumayan seru-seruan sambil minum teh anget rasa strawberry, trus Sabtu depannya lagi kita mau pada action di Kota tua, trus Sabtu depannyaa lagiiiii............” Ucap Dicha yang tak berhenti bicara.

“Sssstttt.. iya.. iyaaa.. ya kamu atur ajalah Mas, lagian banyak banget sih rencananya.” Kata Mamanya heran.
“Hadeehhh Mah, maklumlah anak gaol...hahahaha”

Tiba-tiba ada suara  yang terlontar dari seorang perempuan bernama Riska:
“Anak muda sih anak muda Mah, kalo ade rasa yaa.. Mas Dicha tuh lagi naksir sama salah satu temennya makanya Dia semangat banget kalo ngumpul.” Celetuk Adiknya Dicha yang mau ikut ngobrol bareng bersama Dicha dan Mamanya di kamar.
“Sok tau kamu dek, nanti kalo pacar Mas denger dia bisa cemburu.”
“Emang aku tau kok Mas, nih ya Mah, aku tuh sering banget ngeliat Mas Dicha komen-komenan mesra sama temennya malah Mama tau gak sih kalo mas Dicha tuh punya panggilan sayang ke cewek salah satu sahabatnya itu.. KODOK.. hahahaaa.. trus cewek itu manggil Mas Dicha dengan sebutan Cumi. Ciyeee Cumi.” Ledek adiknya Dicha sambil mengadu kepada Mamanya.
“Hadeeeehhh, sok tau deh nih anak bawang.. udah jam 12 malem, tidur sana.. hushhhhh..” Usir Dicha kepada Adiknya.

“Emang aku juga mau tidur kok Mas cumi..heheheheee.. BYE BYE cumi salam buat kodok yaa” kata Adiknya meledek Dicha sambil meninggalkan kamar.
“Emang bener Mas apa yang adek kamu bilang barusan?? ” tanya Mamanya penasaran
“Jangan suka memainkan perasaan perempuan ya Mas, kasian !! inget kamu punya adik perempuan.” Nasihat Mamanya
“Hadeeh Mama omongan anak kecil kok didengerin sih, iya aku emang begitu.. Mama tau gak yang aku panggil cumi itu siapa?? Ini nih Ma, si Lusi.. cewek tomboi. Kita juga Cuma bercanda aja kok” Sambil menunjukkan fotonya yang tadi.
“Lha, nanti kalo cewek kamu baca komen-komen kamu di facebook dengan nama yang gak biasa gimana?? Siapa tadi CUMI DAN KODOK.. aneh-aneh aja kamu Mas.” Ucap mamanya heran sambil tersenyum mengerutkan keningnya.
“Santai Ma, sebelumnya aku udah pernah bilang sama cewek aku, kalo aku punya sahabat yang bener-bener deket. Dan cewek aku juga ngertilah.. lagian gak ada yang perlu di khawatirkan kita udah sama-sama dewasa.”  Jawab Dicha santai.
“Hemm.. yasudahlah Mama sih terserah kamu aja, kan kamu yang ngejalanin, tapi inget yaa sekali lagi jangan pernah memainkan perasaan perempuan..yaudah Mama mau tidur dulu, besok kamu kerja masuk siang kan Mas?? Jangan lupa benerin genteng dulu yaa.”
“Iya Mama sayang.. siap aku gak bakalan lupa kok n aku janji besok pagi genteng diatas dijamin gak bakalan bocor lagii..hehehehe..”
“Oke.” Kata Mamanya Dicha sambil menutup pintu kamarnya Dicha.

Sudah lewat dari jam 12 Malam namun Dicha masih disibukkan dengan aktivitas menandai foto sahabat-sahabatnya kedalam facebook.

“Tling” muncul chatting
“woy cumi belom tidur lo??” sapa Lusi
“Eh ada kodok, belom bisa tidur.”
“kenapa??” tanya Lusi singkat sambil memberi Icon senyum ^_^
“lagi mikirin kamyuuu..”
“yaelahhh.. gw mah gak usah dipikirin kalee.” Jawab Lusi bercanda
“hahahaha.. iya dah iyaaa.. gw masih ngetag in foto nih.. lo belom tidur kodok??” tanya Dicha
“Belom, gw lagi mencari sesuatu nih cyinn..”
“cari apa??” tanya Dicha
“Cari hati aku yang hilang dirampas oleh cinta kamu.. haseeeeeekkkk.”
“hahahaaa.. Dasar gw punya temen gila semua.” Kata Dicha
“Sama lo juga sinting sih, gw jadi ikutan kebawa.. ini ceritaku.. mana ceritamu??”
“Indomie kaleeee...” jawab Dicha
“Eh, btw lo tau gak si cumi kalo akhir-akhir ini sikapnya Togi berubah??” tanya Lusi serius
“iyaa juga sih, kadang suka aneh sendiri tuh anak.. gw juga kaga tau kenapa.”
“iya sih, kalo menurut gw sih dia lagi ada masalah tapi gak mau sharing sih ye ke kita-kita.. jadinya bingung mau ngapain.”
“hemm.. iyaa, yaa gpp diemin dulu ajaaa, ntar juga kembali seperti semula kok sikapnya, maklum masih remaja” Kata Dicha Dewasa.
“Iya juga sih..susah emang klo ngobrol sama orang dewasa.. hemm ngobrolnya lanjut besok yaa.. gw mau molor dulu.. mata udah sepet..”
“Yaudah sana bobo.. mimpiin aku yaa kodok.” Dicha becanda.
“iyaaaa bebs..  lo juga tidur cumi..gud nite..” salam perpisahan Lusi.

Dicha pun akhirnya mematikan laptopnya setelah selesai meng upload fotonya di facebook..
“hoammmm... tidur ahh, ngancuukkss..”

***
Keesokan harinya..

 “Ayah gentengnya udah beres yaa..” Ucap Dicha tersenyum sambil mengelap keringat di keningnya. Pagi ini memang cukup panas, sehingga keringat pun membanjiri seluruh tubuhnya.
“Baguss..” Ucap ayahnya Dicha singkat sambil mengacungkan jempol tangannya
“Haduh si Mas Dicha baru benerin genteng aja udah keringetan..payah anak muda jaman sekarang.. hahahaha” ucap Mamanya sambil membuatkan Es teh manis untuk Dicha
“Jadi inget jaman dulu ayah sama Mama kamu pacaran, dulu nih Mas, ayah itu ngebenerin genteng rumahnya Mama kamu yang bocor.. keluarga dari Mama kamu kan cewek semua, ya mau gak mau ayah yang naik.. trus kita pacaran suka nongkrong diatas genteng sambil nikmatin indahnya malam bertabur bintang.” Curhat ayahnya sambil membayangkan kejadian di jaman dulu waktu Ia dan Mamanya berpacaran.
“So sweet” Celetuk Mamanya sambil menaruh secangkir kopi di Meja untuk ayahnya
“Hemm, emang dasar Ayah gak punya duit aja kali makanya pacarannya diatas genteng.. hahahaha.. udah ahh aku mau mandi dulu trus capcus kerja..”

Dicha melakukan aktivitas rutinnya yaitu bekerja dan kuliah, setelah selesai membenarkan genteng rumahnya, Ia langsung mandi dan bersiap-siap pergi bekerja.

Tepatnya pukul 17.30 Dicha sudah pulang kerja, saat mengecek handpohonenya ternyata ada sebuah sms. Inbox handphone pun dibukanya untuk mengetahui siapa yang sms. “Honeyku” dalam hatinya berkata. “Dicha, hari ini bisa jemput aku di sekolah?? Kita ke kampus bareng.” Sms singkat itu ternyata dari kekasihnya, Ia pun membalas smsnya “oke, aku baru aja keluar, aku kesana yaa.. kamu tunggu ditempat biasa.”

Dicha pun langsung menuju sekolah tempat pacarnya mengajar. Letak antara sekolah tempat ceweknya mengajar dan kampus tidak terlalu jauh. Oleh karena hampir setiap hari Ia menjemput ceweknya.

Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya mereka pun tiba di kampus. Sebelum masuk kelas, di depan lobi kampus Ia bertemu sahabatnya, Togi.
“Hey bro” Sapa Togi
“Uy, gak masuk kelas lu gy, yang laen mana??” tanya Dicha
“Belom gerah banget di dalem, lagi cari angin dulu disini.. si Lisa, Indri, Lusi bertiga-tigaan aja noh udah ada di dalem kelas. Evan n Nia belom dateng.. Siapa tadi bro yang bareng sama lo?” tanya Togi sambil tersenyum
“Lah Evan n Nia belom dateng?? Ett dah udah hampir setengah tujuh belom pada nongol juga tuh bocah, hehehehe.. yang bareng sama gw itu.. hemmmm.” Jawab Dicha menggantung
“ketemu tuh cewe dimana dic?” Tanya Togi lagi penasaran
“hehehe.. Dia pacar gw waktu SMA dulu, sempet putus trus nyambung lagi, ehh gak taunya sekampus” Jawab Dicha malu-malu*
“Jiahahaha.. pake malu segala lo, santai aja bro.. trus sekarang jadian lagi?”
“yah gitu deh, “SESUATU BANGET” hehehehe. Masuk yuk ah, ntar gak kebagian tempat duduk paling depan.” Jawabnya tak jelas.

Sebenarnya hubungan antara Dicha dan Afifah (Kekasihnya) memang belum jelas jika dilihat dari status. Semenjak putus sewaktu SMA dulu, Dicha belum mengungkapkan perasaannya ulang untuk menyatakan bahwa Ia masih cinta. Oleh karena itu, pada saat ditanya oleh Togi jawabannya tak jelas karena Ia sendiri pun tak tahu statusnya yang sekarang dengan Afifah. Yang terpenting untuk Dicha adalah Ia masih sering berangkat kampus bersama dan menghabiskan waktu berdua pada saat mereka sama-sama libur bekerja. Afifah pun begitu, semenjak putus dari Dicha beberapa tahun yang lalu pada saat mereka SMA, belum ada lagi pria yang bisa memenangkan hatinya. Kehadiran Dicha hingga saat ini menurutnya sudah cukup sempurna. Afifah menilai bahwa Dicha adalah cinta pertamanya untuk saat ini dan esok nanti. Kedepannya Ia serahkan kepada Sang Pencipta.

Afifah merupakan cewek favorit Dicha semenjak SMA. Ia ramah, mandiri dan dewasa. Maka tak heran, jika ditanya oleh Togi jawabannya adalah “SESUATU BANGET” karena menurutnya sifat afifah sempurna.

Di lain waktu jika Ia ditanya oleh teman-temannya yang lain bahwa Ia sudah punya kekasih atau belum maka jawabannya adalah “iya, sudah punya” dan menganggap Afifa masih kekasihnya.

Mungkin ini adalah cara berpacaran orang dewasa, tidak ada istilah tembak menembak untuk menyatakan status dan rasa cintanya, cukup dengan sikap dan perbuatan saja.

“Lah gak nungguin Evan n Nia aja disini?” Tanya Togi yang sepertinya Ia memang sedang malas masuk kelas.
“Yaelah, nungguin mereka ntar kita ketinggalan kereta.. hahahaha.. kita masuk aja dulu ntar tag in tempat duduk buat dia-dia pada dah..”
Akhirnya Mereka pun masuk kelas dan menempati tempat duduk terdepan, satu kursi sudah disiapkan untuk Evan, sedangkan satu kursi untuk Nia disediakan oleh kubu cewek alias Lisa, Indri, Lusi.

“Lusi, masih ada yang kosong gak?” teriak Dicha dari pojok depan sebelah kanan pintu masuk.
“Hah, ada nih hati aku buat kamu.” Jawab Lusi menggombal
“Yaelah.. sini biar aku yang isiin ampe penuh.” Jawab Dicha bercanda
“Ciye Dicha, curiga gw.. curiga.. hahahahahaaa.” Teriak Lisa yang duduk di kursi tengah-tengah sebelah kiri antara Indri dan Lusi
“Cocok deh bang lu berdua, setuju gw.” Sahut Indri mendukung
“Ehh nggak kodok, maksud gw buat si Nia, gw udah nyediain kursi buat si Evan disini.”
“Iya cumi gw paham kok maksud lo, si Nia suruh duduk samping si Indri aja, yang lain udah full book.”
“iyadah.. terserah lu aja kodok.”

Tak lama kemudian, Evan dan Nia pun masuk kelas. Hampir Jam 7 malam, dengan menunjukkan wajah tanpa dosa mereka tertawa-tawa. Untung dosen mata kuliah jam pertama belum datang, sehingga mereka selamat karena tak ketinggalan mata kuliah.

“hahahahahaa..” Evan dan Nia, mereka cengar-cengir sendiri
“Ehh gw duduk dimana?.. ckckckckck” tanya Nia sambil cekikikan
Lusi, Lisa dan Indri pun ikut tertawa tak jelas, mereka tertawa melihat gaya Nia tertawa. Nyaring, cempreng, dan berisik.

“Kenapa lu Nia, cengar-cengir sendiri kaga jelas.” Tanya Indri
“Hahahhaaa, susah dijelasinnya kak Indri, udah ahh mau berenti ketawa.” Jawabannya tak jelas.
“Dasar gak jelas lu, sini lu duduk sebelah gw” ajak Indri yang sudah menyediakan kursi untuk Nia.
 Sementara Evan langsung menempati tempat duduk yang sebelumnya sudah disediakan oleh Dicha.
“Tumben lu Van baru dateng?”
“Iya Dic, Rese banget kereta gw trouble” dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Inilah Evan, sifatnya aneh, padahal saat masuk kelas Ia tertawa-tawa, tetapi belum ada 5 menit sikapnya berubah jadi pendiam tanpa ekspresi. Namun tidak mengubah sikap Dicha kepadanya. Dicha yang dewasa sudah mengerti apa yang Evan rasakan. Dicha berfikir mungkin perjalanan menuju kampus  membuat Evan lelah sehingga sifatnya berubah 360 derajat menjadi pendiam tanpa ekspresi.

Tak terasa 2 mata kuliah malam ini sudah berlalu dan sekarang waktunya mereka pulang ke rumah masing-masing.

Saat berjalan bersama menuju pintu gerbang kampus:
“Cuy, Dicha pulang bareng sama ceweknya, kita ledekin yuk ah.. hahahaha..” ajak Evan usil
“Yuk.. yuk.. kita bilang yuk ke ceweknya klo Dicha punya pacar lagi di kelas.. hahahaha..”  sahut Nia
“Hush.. Parah lo.. jangan ahh, ntar di sangkain beneran.. bisa gaswat..” Lusi melarang
“Beneran juga gak apa-apa lus” Lisa meledek
“hahahaha” Mereka semua tertawa.
***
Beginilah aktivitas Dicha setiap hari. Kerja setelah itu sebelum berangkat kuliah Ia menjemput afifah.
Tak terasa sudah 6 bulan berlalu, kabar buruk tiba-tiba mengagetkan Dicha. “Kringg..kringg” Bunyi Handphone Dicha,
“Honeyku, tumben telepon malem-malem” sambil tersenyum melihat layar handphone
“Assalamualaikum Dicha” Sapa Afifah halus
“Kumsalam, hey kamu tumben telepon aku” tanya Dicha heran
“Iya, kamu lagi ngapain Dic?” jawabnya halus
“Baru selesai minum susu sih.. hehehehe.. kamu lagi apa?? Tumben malem-malem telepon.”
“Baru selesai ngepakin barang.”
“Hah?? Ngepakin barang?? Kamu mau kemana emangnya afifah?” tanya Dicha semakin heran
“Sebenernya aku berat hati mau kasih tau tentang hal ini ke kamu Dic, cuma memang aku harus kasih tau hal ini.”
“iya hal apa afifah?” Suara Dicha berubah menjadi Lemas
“Besok aku diminta pindah ke yogyakarta sama orangtua aku Dic.”
“Lah kok mendadak sih?” tanya Dicha pelan
“Sebenarnya rencana ini udah dari lama Dicha, cuma aku baru bisa sampein ini ke kamu.”
“Trus kuliah kamu?”
“Aku terusin disana, lagian kan tinggal satu semester lagi. Jujur Dicha, sebenernya aku gak mau jauh dari kamu, tapi memang ini kenyataannya. Bapak ku mau nerusin usaha batiknya disana, jadi mau gak mau semua dari kita ya menetap semua di Yogyakarta.” Suara Afifah pelan.

“Kamu gak ngejelasin ke Bapak kamu kalau kamu tinggal satu semester lagi?? Sayang banget Afifah kalau kamu harus pindah kesana. Trus kita gak bisa ketemu lagi dong?? Aku gak bisa jemput kamu lagi di sekolah? Trus gimana sama murid-murid kamu yang lucu-lucu?? Kamu tega ninggalin semuanya??” jawab Dicha kali ini emosi dengan nada suara cepat namun masih halus.

“Aku udah ngejelasin ke Bapak aku Dicha, tapi memang untuk pindah ke yogya itu udah fix dan mau gak mau aku harus ngikutin mereka untuk menetap disana. Soal murid-murid aku, berat memang ninggalin mereka karena aku suka banget sama anak-anak, tapi ya mau gimana lagi, aku udah coba menjelaskan ke mereka dan aku juga udah kasih tau ke orangtua mereka kalo mulai besok aku resign. Trus masalah kita gak ketemu lagi, aku yakin kita pasti ketemu Dicha, Cuma ada kabar buruk yang mau aku sampein Dic.” Afifah pun mulai menangis.
“Afifah kenapa kamu nangis? Kamu jangan buat aku tambah sedih dong.” Matanya Dicha mulai memerah.

“Iya Dic, karena setelah aku lulus sarjana, aku akan dinikahkan sama anak sahabatnya Bapakku.” Afifah semakin menangis.
“Apa? Kamu beneran Afifah?? Trus aku gimana?? Afifah jujur aku sayang dan cinta sama kamu. Kamu gak menjelaskan ke Bapak kamu kalau kamu udah punya aku??” Dicha pun ikutan menangis
“Iya Dicha, aku udah jelasin ke Bapak aku kalau aku itu udah punya pacar yaitu kamu, tapi Bapak aku menolak dengan alasan usia aku ini sudah terlalu dewasa dan harus segera menikah. Aku udah jelasin ke Bapak aku kalau aku mau nunggu kamu sampe kamu dan aku lulus sarjana tapi Bapak aku menolak dengan alasan lagi kalau nunggu kamu itu butuh beberapa tahun lamanya. Aku minta maaf Dicha kalau aku udah buat kamu kecewa, tapi perlu kamu tau kalo aku lebih sakit karena aku harus menikah dengan orang yang gak aku cinta. Aku gak bisa berbuat apa-apa lagi Dicha, aku gak bisa melawan Bapak aku, aku mohon maaf Dicha.”

“Astagfirullah aku gak nyangka kalau ternyata bakalan kaya gini Afifah, tapi yasudahlah semua keputusan ada di kamu. Tapi asal kamu tau, aku masih sayang sama kamu.”
“Iya Dicha aku mohon maaf, sepertinya memang sudah cukup aku jelasin ke kamu. Maaf aku harus tutup teleponnya karena Bapak aku udah manggil aku dan kita semua mau berangkat malam ini juga. Assalamualaikum Dicha.” Salam perpisahan yang diucapkan Afifah
“Waalaikum salam.” Jawab Dicha singkat dan pasrah.

Afifah, cewek favorit Dicha, mantan kekasihnya, harapan Dicha untuk terus bersamanya ternyata Ia diminta kedua orangtuanya untuk pindah ke Yogyakarta, melanjutkan pendidikan disana. Yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika Afifah bilang bahwa Ia akan dinikahkan dengan cowok pilihan Ayahnya. Pupus sudah harapannya, saat ini yang Ia rasakan adalah perasaan galau yang sangat mendalam.
Dicha hanya melamun tak jelas.

“Mas, kamu kok bengong aja sih?? Tumben ada apa??” tanya Mamanya yang heran
“Aku sedih mah.” Sambil memeluk Mamanya
“Loh, loh.. ada apa mas??” tanya Mamanya singkat
“Aku baru aja putus Ma sama pacar aku.”

“Hah, kok putus sih mas?? Tuh kan mama bilang juga apa, jangan suka mainin perasaan perempuan Mas, mama yakin pasti cewek kamu cemburu gara-gara kamu deket sama sahabat kamu.. siapa tuh yang kamu panggil kodok-kodok? Yaiyalah Mas, kalau mama jadi cewek kamu, mama juga pasti BT.. masa sih ada cowok yang mesra-mesraan sama cewek lain yaa walaupun bercanda tapi kan lama-lama bisa jadi cinta. Haduh mas, makanya jangan suka bermain api.. sekarang kena sendiri kan akibatnya.” Mamanya Dicha yang terus saja mengoceh sok tau.

“Ya ampun Mama, aku serius ini Mah, persoalannya itu bukan karena si Lusi sahabat yang aku panggil kodok-kodok itu. Mama sok tau deh ni.” Dengan wajah yang semakin BT, Dicha menjelaskan kepada Mamanya.

“Ya terus kenapa dong Mas? Kamu aja yang lama jelasinnya ke Mama.”
“Gimana aku mau jelasin kalo mamanya ngoceh terus.” Semakin Boring
“Iya-iya cepetan jelasin.”
“Afifah pindah ke Yogyakarta n nerusin kuliah disana Mah, dan yang lebih nyakitin lagi buat Dicha, Dia itu mau di jodohin sama Bapaknya setelah lulus nanti.. gimana gak sakit Ma, aku sayang banget sama Dia.”

“huft.. memang aneh-aneh aja ya, di jaman yang udah modern ini masih ada aja cewek kaya Siti Nurbaya, tapi ya itulah takdir Mas, berbesar hati aja. Mungkin memang Afifah itu bukan jodoh kamu, inget mungkin Allah akan ngasih kamu wanita yang lebih baik dari Dia.” Jawab Mamanya Bijak.

“Tapi Ma, menurut aku Afifah itu udah cewek yang paling sempurna.. udah cuma dia aja, gak ada lagi.” Jawab Dicha yang masih tak rela jika Afifah meninggalkannya.
“Sempurna menurut kamu kan belum tentu sempurna menurut Tuhan Mas, udah deh percaya sama Mama. Gak usah sedih mas, masih banyak cewek diluar sana. Selesain aja dulu kuliah kamu sambil nyari-nyari yang cucok,,sama si kodok juga boleh.. hehehehe..” Ucap Mamanya menghibur
“Apaan sih Mah, Mama ada-ada aja deh. Orang anaknya lagi sedih juga malah diledekin. Kan udah aku jelasin kalau aku sama temenku yang namanya Lusi itu cuma temen biasa Mah, temen segeng n seperkumpulan.”
“Mama kan cuma mau menghibur kamu mas, iya temenkan sekarang kita gak tau kedepannya Mas, gak apa-apa mas yang penting bisa masak.. hehehehe.”
“Hehehehe.. Mama bisa aja nih, hemm dia emang mantan tukang masak Mah, tapi aku belom pernah si cobain masakannya.” Jawab Dicha mulai tenang, sepertinya hiburan dari Mamanya cukup untuk mengurangi rasa sedihnya.
“Ya kan butuh proses, pelan-pelan mas.. yaudah gak usah sedih lagi Ya, tenang aja kamu kan cowok, ganteng pula. Mama yakin banyak cewek-cewek yang naksir sama kamu. Anggap aja Afifah itu sandungan cinta yang pernah ngisi hati kamu. Yaudah kamu istirahat ya, besok libur kan?? Mau kemana rencananya?” tanya Mamanya Dicha
“Hehehehe.. Mama tau aja kalo aku ganteng, besok rencananya aku mau kumpul sama sahabat-sahabat aku di baskem Ma.”
“Iyalah anak Mama ganteng, siapapun orang tuanya pasti bilang kalau anaknya paling ganteng n paling cantik.. walaupun sebenarnya jelek ya dibilang ganteng ajalah biar seneng. Hahahaha.” Mamanya Gokil
“Hahahaha.. yaudahlah.. hemm aku akan coba buat ngelupain Afifah, ya walaupun berat buat aku Ma, tapi bener kata Mama, mungkin dia emang bukan jodoh aku.. yaudah aku mau tidur ngantuk.”
“Nah gitu dong, yaudah tidur, baca doa, berdoa sama Allah biar selalu dikasih yang terbaik.”
“AMIN..” Ucap Dicha penuh harapan

***
Minggu ceria, Sinar Matahari memancarkan cahayanya dengan Indah, udaranya sejuk tapi sayang tak sesejuk hati Dicha. Cuaca hangat ternyata membuat Dicha semakin panas, Ia masih tak rela kehilangan Afifah. Tepatnya pukul 14.30 WIB ia berangkat menuju basecamp nya.
“Yah, aku berangkat Ya??” Pamit Dicha kepada Ayahnya yang sedang Asyik baca koran di teras rumah.
“Lho, mau kemana Mas?? Libur kok gak pernah diem di rumah sih.”
“Biasa Yah, mau ngumpul dulu sama temen-temen.. maklum anak muda. Dicha jalan ya Yah, Assalamualaikum.” Sambil ngebut dengan motor Matic yang tadi pagi sudah Ia panaskan. “Waalaikum salam, hati-hati Mas.” Jawab Ayahnya Dicha.
Sebelum Dicha tiba di basecamp, sahabat-sahabatnya sudah tiba terlebih dahulu disana. Evan, Togi, 
Lusi, Lisa, Indri dan Nia sedang menunggu kedatangan Dicha.

“Tuh dia si Dicha nongol.” Teriak Evan memberitahu sahabatnya yang lain.
“HUUUUUU...” sorak semua sahabatnya
“hahahahaaa.. sorry-sorry.”
“Tumben lu telat Dic?” tanya Togi
“Iya lagi galau.” Jawabnya sambil tersenyum
“hahahaa.. lagi galau tapi ketawa-ketawa.” Ucap Lusi
“Iya soalnya ngeliat kamu aja udah cukup buat menghibur hati aku yang lagi galau. Hehehehe.” Kata Dicha.

Dengan kondisi yang benar-benar nyata bahwa Ia memang sedang kehilangan Afifah, namun tetap saja Ia masih bisa mengeluarkan kata-kata gombalnya untuk Lusi.

“Lo galau kenapa Bang? Kan udah ada kak Lusi disini, masih aja galau. Hahahaha” tanya Nia
“Etdahh gw serius ini.” Jawabnya nyengir
“Lo beneran galau Dic? Kenapa?” Tanya Evan serius
“Ceritain gak yaahh..” Ucap Dicha mengulur waktu
“Ceritain dong Bang, yaelah bang Dicha kaya baru temenan aja sama kita.” Indri penasaran
“Jadi gini Sob, gw baru aja putus sama cewek gw.” Kata Dicha curhat
“Hah, kenapa emangnya bang? Cemburu gara-gara ngeliat lo sama mba Lusi gombal-gombalan?” tanya Nia penasaran.

“Gak kok bukan karena ini, dia pindah ngelanjutin kuliahnya di yogya n lo semua tau gak sih yang lebih nyakitin lagi kalo dia itu mau di jodohin sama orangtuanya setelah lulus. Ya lo semua kan tau, kalo di liat dari semester, cewek gw itu lebih senior dibandingin gw. Ehh bukan cewek gw lagi deng tapi Ex nya gw.. yaa kalo di liat dari umur si ya sepantaran sama gw n si Lusi. Makanya gw galau banget ini.. galau beneran.” Dicha memberikan penjelasan.
“Galau tapi cengar cengir lo bang.” Celetuk Lisa
“iya, lo semua pada sinting sih, kaga bisa serius gw kalo ngumpul sama lo.. bawaannya mau ngakak terus.. hahahaha.”

“Oh gitu ya Dic, gw turut berduka ya Dic, hemm lo positif thinking aja kalo Dia bukan jodoh lo.. siapa tau lo dikasih sama Allah cewek yang lebih baik.” Ucap Lusi, kali ini sepertinya serius dan berhenti menggombal. Maksudnya tulus ingin menghibur Dicha.

“Iya Dic, ya sabar aja.. cewek mah banyak kok tinggal pilih.” Sambung Evan
“Iya, santai aja bro, jangan sedih masih ada kita-kita disini yang akan nemenin lo.” Sahut Togi
“Iya iya, makasih Ya, untung ada lo lo pada dah disini.. jujur ya kalo ngumpul sama lo itu suasana hati gw yang kaya gimana pun rasanya ilang.. plong begitu aja..  rasanya seru, asik n seneng aja.. hahahaha.” Ucap Dicha yang memang sudah mulai bisa tersenyum lepas.

“Tenang bang, cewek yang satu lepas kan masih ada lagi nih disamping gw.” Indri meledek.  Matanya tertuju ke Lusi yang memang duduk bersebelahan dengannya.
“hahahahaa.. cocok Ndri, cocok.. udah Dic, lo itu memang cucok sama Lusi.” Sambung Lisa

“Ciyeeeee...” serempak semua dari mereka meledek Dicha dan Lusi
“Ah Lisa kamu bisa aja nih, aku jadi malu.” Kata Lusi centil
“Yaelah masih aja malu-malu ya Lis?? Udah ungkapkan aja lah mba.” Ledek Indri
“iya, hahahaha.. sepertinya perlu ada yang diralat deh Dic.” Ucap Lisa kepada Dicha
“Hahahahaaaa.. Ralat apaan dulu nih??” Ucap Dicha pura-pura tidak Tahu. Padahal ia mengerti apa yang Lisa maksud.
“Jiah.. pura-pura Lupa.. itu loh Dic..” Lisa memancing
“Kata-kata yang mana si Lis?” Ucap Nia mengerutkan bibirnya.

“Itu kata-kata yang menerangkan kalo diantara geng kita gak boleh ada yang pacaran.. hahahaha.. kan sepertinya sebentar lagi ada yang mau jadian. Hahahaha.. Peace Dicha n Lusi” Ucap Lisa sambil bercanda.
“Yaelah masih inget aje lu Lis.” Sahut Lusi
“Yaaa ingetlah, gw gitu... hohoho..” kata Lisa

“Wah iya tuh bang, gw setuju banget.. udah lah gak usah ada larangan-larangan kaya gitu bang.. lagian itu gak bakal ngubah persahabatan kita kok.” Ucap Indri mendukung.
“Etdah.. iya dah iya.. mulai sekarang gw cabut dah kata-kata gw.. yaaa.. siapa tau cumi dan kodok bisa disatukan gitoooo.” Kata Dicha becanda.

“ciyeeeeeeee..” Lagi-lagi mereka kompak untuk bilang kata itu ke Dicha dan Lusi
“Cumi so sweat banget sih.. aku jadi terharu nih.” Ucap Lusi meledek centil

“Iya kodok, hahahaha.. biar mereka pada seneng dah.. ya terserah lo pada dah.. siapa tau kodok sama cumi trus Lisa n Evan, Indri n Togi, si Nia kan udah punya cowok tuh.. udah pas dah kita pasang-pasangan. hahahahaha” Dicha pasrah.
“Gak mungkin lah Dic, she is my Mom.” Ucap Togi yang menganggap Indri adalah wanita dewasa dengan sifat keibuan
“Iya ya gy, kita kan temenan.. udah lo gw anggap anak gw deh.” Kata Indri becanda menyambung ucapan Togi
“hahahahahaha..” Nia hanya bisa tertawa dengan gayanya.

“Yaelah gw mah sama Evan masih sahabatan kali.. kita temenan ya Van.. biarlah yang senior dulu. Wah gosip nih..” kata Lisa meyakinkan yang lain bahwa diantara mereka tidak ada hubungan khusus.
“Goseeeeppp, digosok makin seeeppp..” teriak Evan seru
“Yaelah masih aja malu-malu dah.” Dicha meledek
“Ciyeeeeeeeee.” Teriak mereka yang kali ini berhasil memalingkan semua mata pengunjung Mc Donald Cilandak ke arah mereka duduk.
“Eh parah lu, gila diliatin sama orang-orang tuh.” Kata Evan sambil menundukkan kepala karena takut wajahnya diliat oleh seisi Mcdonald.
“hahahaha.. biarlah semua orang menjadi saksi cinta cumi dan kodok.” Lusi meledek “hahahaha.. setuju setuju.. yang penting seru..” sahut Dicha.
“Hahahaha..” semua dari mereka melanjutkan tertawanya. Sepertinya memang urat malu dari mereka sudah putus sehingga mereka tidak peduli apa yang orang lain katakan tentang mereka. Mc Donalds Cilandak yang selama ini mereka sebut sebagai basecamp untuk berkumpul sepertinya memang sudah menjadi hak milik bagi mereka, hal ini terbukti pada saat mereka tidak mempedulikan orang-orang atau pengunjung Mc Donalds yang memalingkan semua matanya dengan heran karena mereka tertawa sudah seperti di rumah sendiri bukan seperti di tempat umum. Sungguh aneh tapi nyata.
Perasaan Dicha yang tadinya galau mendalam bisa terhapuskan saat bertemu sahabat-sahabatnya yang luar biasa. Mereka yang sudah menghapuskan rasa galau Dicha. Saraf-saraf serta urat yang tadinya menegang karena tidak berhenti memikirkan Afifah, akhirnya mulai mengendur dan tenang bahkan lebih fresh karena sudah dihapuskan oleh mereka, sahabat-sahabat seperjuangan Dicha yang selalu ada setiap saat dan selalu menghiburnya.
Kali ini sudah tidak ada lagi kata-kata yang memaparkan bahwa tidak boleh ada cinta di dalam kelompoknya. Dicha secara resmi sudah mencabut kata-kata itu.
Semenjak putusnya hubungan Dicha dengan Afifah, kini waktunya Ia habiskan hanya dengan sahabat-sahabatnya. Dan lebih spesial lagi Dicha dan Lusi masih tetap eksis menjadi raja dan ratu gombal cinta.

Kata-kata gombal yang dipaparkan keduanya untuk kali ini sepertinya sudah mengandung makna cinta yang sebenarnya. Lusi yang sebelumnya memang tidak ada perasaan apapun, sepertinya sudah mulai naksir kepada Dicha. Ia merasa Dicha lah yang bisa menghapus rasa boringnya, bisa membuatnya tertawa, dewasa, dan yang terpenting adalah saling nyambung dan memiliki kesukaan yang sama yaitu suka bercanda dengan kata-kata gombal, Dicha pun sebaliknya, selama ini hanya Lusi yang bisa membuatnya tertawa dan nyambung jika diajak bicara. Maklum saja karena mereka sudah sama-sama dewasa.

Namun diantara keduanya belum ada yang secara resmi yang menyatakan perasaannya. Mereka masih menikmati masa-masa seru dimana selalu bisa berkumpul bersama dengan sahabat-sahabatnya, memberikan hiburan dan yang terpenting adalah kata-kata gombal yang mereka lontarkan tidak akan pernah habis. “Kodok dan Cumi” Never ending story. Hanya waktulah yang bisa menjawab kelanjutan hubungan mereka.

---End----

Senin, 20 Februari 2012

Surat Untuk Tuhan

Dear God,

I would like to say thank you verymuch
I'm Thankful
I'm the happiest person in this world

Since I've lost my motorcycle, many lessons I can take, began from I should be more careful up to I should be gratefull because You still protecting my brother so that he still in good condition

God, as You know after that my Dad always faithfully accompany me go to office by his motorcycle
I love him somuch, God
Actually, I don't want to bother him and I don't want to make him tired
But i can't do nothing, because if he doesn't drive me to office maybe I can be late. Everyday traffic jam

Dear God,
Thank you for making me the luckiest person because I have Father who has very perfect
although he isn't a director who has a lot of money, he isn't teacher who can teach a lot of students, he isn't doctor who can treat people, or anything but I am Really Proud of him.
He is my motivator, my Spirit and He could always make me strong in life

God, I hope my Dad always healthy and hopefully it easy to make a living. 
Please, always give him happiness because his smile is my happiness
Hopefully he can continue to accompany me until later.

Amin ^_^


Best Regards,
  
Lisa

Jumat, 17 Februari 2012

Try to Stop

Day by day, I feel nothing progress from You
I don't know exactly what You feel
Is there any love for me?
Your attitude always makes me more curious

Start from now, I'll stop hoping to You
But honestly man, it's so difficult for me to remove your name from my heart 
I have tried to find the others man, but there isn't man like you 
I have opened my heart to another man and try to receive all the advantages and disadvantages of him
but really I can't

I don't hope much things from You
I just want to know your feelings to me
That's it !!!

Minggu, 05 Februari 2012

Kehadiranmu

waktu pertama kali kita bertemu
terpancar diwajahmu sejuta ilmu
dalam hatiku bertanya, siapakah dirimu?
lelaki dengan segudang pengetahuan itu telah menarik perhatianku

baru pertama kalinya aku melihat lelaki sepertimu
sikapmu yang sopan, santun serta ramah telah merebut hatiku
kecerdasan yang engkau miliki memberikanku motivasi
agar aku bisa sepertimu

rendah hatimu menyadarkanku bahwa kesombongan
hanyalah milik Tuhan semata
apakah ini sebuah ilham dari sang pencipta?
belum pernah aku merasakan perasaan yang mendalam seperti ini

terkadang jantungku berdetak kencang setiap kali aku memandangmu
hasrat keingintahuanku akan menggali lebih banyak ilmu
tumbuh setiap kali aku mengingat prestasi-prestasi yang telah engkau raih itu

semangatku tiba-tiba meledak
setiap kali aku melihat pengorbananmu menuju kesuksesan hidup
apakah ini namanya cinta?
ataukah hanya rasa kekaguman belaka?
aku ingin sekali menjadi sepertimu
lelaki cerdas dengan aksi seribu

Kembalilah Cinta

sudah berjuta-juta kasih yang telah melumpuhkan hati ini
tapi tak ku temukan seorangpun yang dapat memenangkan cinta kesini
oh, sang pendekar cinta
apa yang harus kulakukan
untuk memahat kembali cinta ini

aku baru mengenali indahnya kasih yang kau beri
betapa bodohnya aku menyia-nyiakan cinta itu

setelah sekian lamanya kucari
kucari pengganti dirimu
untuk singgah dihatiku
namun belum pernah kutemukan itu
engkaulah kasih sejatiku

menyesal...
sungguh menyesal diri ini
seandainya saja ada seribu sosok sepertimu
akan kurangkul semuanya
akan kumiliki seutuhnya
jiwamu, sayangku

jika kasih itu bersinar lagi di jiwa ini
akan aku jilid benih-benih kasih
dan akan kutumpahkan disukma ini
lalu takkan lagi kubiarkannya pergi
untuk selamanya...
selamanya..

agar aku bisa taburkan kebahagiaan ini
dan akan ku ukir eloknya dunia ini
dunia cinta
milik kita, selamanya....

4 Februari 2012

Hari yang gak pernah saya lupakan.. sore itu, saya mendapat kabar dari salah satu Polsek di daerah Manggarai yang memberitahu bahwa motor beat warna putih kesayangan saya telah hilang dicuri. B 6815 SZG, yang selalu setia menemani saya kemanapun saya pergi selama sekitar 1 tahun lebih satu bulan dengan pembayaran yang saya angsur secara KREDIT. 

Seakan tak percaya kalau motor yang biasa saya kendarai telah tiada, padahal siangnya masih terparkir rapi di depan gang rumah nenek saya. Agak sedikit kecewa dengan adik saya yang memakai motor tanpa seijin dan sepengetahuan saya serta keluarga saya.

Tapi apalah daya. Ini adalah suatu musibah, awalnya sempat shock dan sedih karena motor itu saya beli dengan hasil jerih payah saya selama bekerja. Rasanya tak rela saja jika barang berharga dan barang kesayangan hilang, apalagi yang menghilangkan bukan saya tetapi adik saya. Namun setelah di pikir ulang, tak ada gunanya saya bersedih karena sesuatu yang sudah tak ada sulit untuk ditemukan kembali, apalagi yang hilang ini adalah sebuah sepeda motor, seandainya kembali juga hasilnya sudah tak orisinil. yang terpenting adalah kondisi adik saya yang masih selamat, karena yang saya sering dengar sekarang modus pencurian sepeda motor itu bermacam-macam dan sering mengancam keselamatan si pengendaranya.

Agak gergetan mendengar cerita adik saya. Dia bilang ada dua orang dengan satu sepeda motor yang mengaku sebagai polisi yang sedang mencari seorang buronan. pencuri yang mengaku sebagai polisi ini menanyakan suatu alamat kepada adik saya, kemudian meminta bantuan kepada adik saya untuk sama-sama mencari buronan ini, kemudian si pencuri ini meminjam kepada adik saya sepeda motor yang digunakannya (Sepeda Motor milik saya) untuk mencari buronan itu dan berjanji selama 15 menit si pencuri ini akan mengembalikan sepeda motornya. Dengan sangat polosnya, mengingat adik saya yang masih kecil, maklum kelas 3 SMP menurut saya pemikirannya masih labil, Ia dengan mudah menyerahkan kunci motor tersebut kepada pencuri dan percaya bahwa pencuri yang mengaku sebagai polisi yang sedang mencari buronan itu akan mengembalikan selama 15 menit. Namun setelah ditunggu-tunggu oleh adik saya selama 15 menit, sepeda motor itupun tak kunjung tiba. Setelah itu adik saya melaporkan kejadian ini kepada Polsek Manggarai. Sebelumnya saya juga tidak pernah memberikan ijin kepada Adik saya untuk memakainya, karena yang saya takutkan adalah motor saya di rampok oleh penjahat. Eh, gak taunya hal ini menjadi nyata di saat saya tidak tahu bahwa motor saya dipakai oleh adik saya tiba-tiba di kabarkan bahwa motor saya hilang dengan modus penipuan.

Hati ini seakan lemas tak berdaya mendengar kabar buruk secara real. Saat itu rasanya saya ingin marah dan ingin memukul adik saya, cuma pada saat saya melihat wajah adik saya yang ketakutan hati saya meringis tak tega. Apalagi saat saya meminta penjelasan kepada adik saya tentang kejadiannya, suaranya murni super ketakutan, yang saya rasa adalah dia ketakutan karena akan banyak orang yang memarahinya. Namun kembali lagi ke pemikiran semula, Ia adalah adik saya, toh percuma juga jika saya memarahi atau menyakitinya, motor saya tidak akan pernah kembali lagi, yang ada nantinya malah adik saya yang sakit. 

Untuk saat ini harapan saya tidak banyak. Saya hanya memohon kepada Allah untuk melancarkan Rejeki saya, untuk selalu melapangkan dada saya, untuk selalu meringankan beban saya, memudahkan setiap aktivitas dan pekerjaan yang saya lakukan. Kemudian saya juga berharap, saya tidak diminta untuk terus membayar angsuran motor yang masih 19 kali cicilan lagi sampai lunas mengingat kasus ini adalah Penipuan yang mengarah kepada pencurian bahkan saya berharap saya bisa mendapatkan asuransi motor kembali. Tak apalah jika saya harus membayar motor yang diasuransikan itu dari awal maksudnya adalah saya dapat motor baru dan saya membayar motor itu dari awal lagi, itung-itung saya buang sial dan pelajaran untuk saya dalam membangun kembali tangga-tangga kecil untuk memiliki suatu barang berharga di kehidupan saya.
Saya ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya untuk Ayah saya tersayang yang tak henti-hentinya memberikan arahan serta motivasi untuk saya dalam menghadapi musibah ini, kemudian untuk Ibu, Emak dan engkong saya tercinta yang memberikan supprot dan doanya, kemudian untuk teman-teman saya yang selalu memberikan support dan semangat ke saya. 
Tanpa support dari kalian, mungkin saya sudah terpuruk dengan keadaan ini, tapi Alhamdulillah keberadaan kalian di tengah-tengah kehidupan saya memberikan banyak titik penerangan dan menyadarkan saya kalau ada Hikmah yang akan dipetik dari setiap kejadian. Saya Yakin, Allah akan memberikan jauh yang lebih baik untuk kehidupan saya setelah kejadian ini. Amin Ya Rabbal'alamin.

Thank You, Problem !!