Menjadi seorang karyawan swasta dan mahasiswa menjadi prioritas dan kegiatanku saat ini. Macetnya Jakarta setiap pagi selalu membuatku jengkel sampai-sampai motor pun sulit bergerak. Padat, sesak, gerah, polusi yang berlebihan bercampur aduk menjadi satu, belum lagi banyak pengendara tak beretika yang main serobot tak sabar membuatku mengoceh sendiri karena kesal. Jarak tempuh rumah ke kantor biasanya bisa aku lalui hanya 30 menit jika di hari Sabtu, tetapi untuk hari biasa hampir satu setengah jam.. waw.. lama dan membosankan. Tetap bersabar dan menikmati perjalanan dengan caraku, bukan memandang uniknya kota Jakarta dengan berbagai kemacetan dan penuhnya kendaraan mulai dari mobil mewah, motor keluaran baru dalam jumlah banyak yang memenuhi jalanan, hingga metromini yang menyemrotkan asap hitamnya. Dengan memejamkan mata sambil mendengarkan musik hits pembangkit semangat sambil menyanyi dengan suara keras nan merdu, menghayati setiap lirik lagu yang terdengar di headset handphoneku.
Pagi itu, aku bangun pukul 6 pagi saat matahari sudah sampai puncaknya memancarkan terik cahaya hangat. "Oh My God, aku kesiangan bangun." dengan mandi ala koboy, setelah itu aku memohon kepada ayahku untuk mengantarkanku ke kantor, waktu itu motorku hilang sehingga tak ada pilihan lain untuk meminta bantuan kepadanya, karena jika aku naik angkot, aku tidak bisa membayangkan jam berapa aku bisa sampai di kantor. Jakarta oh Jakarta, selalu dihiasi kemacetan namun tak dapat ku pungkiri, segala nikmat dan anugerah yang aku dapatkan berasal dari kota tercinta ini.
Tak terasa ternyata sudah sampai di depan kantor, sebelum memasuki gedung mewah ini ucapan terima kasih aku sampaikan kepada pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu siap setiap saat, Ayahku Tersayang.
Masih gerah padahal sudah memasuki area AC. Dengan memakai pakaian kerja sederhana karena tidak sempat memilah milih pakaian saking telatnya dan tanpa make up pula membuat wajahku semakin kucel menempel debu. "Ah, masa bodo, yang penting bisa nyampe kantor tepat waktu." Ucapku asal.
Saat memasuki pintu lift untuk menuju kantorku, ada seorang lelaki gagah tinggi, rambutnya botak baru numbuh, berkemeja panjang dan berpenampilan rapi layaknya orang kantoran, jika dilihat dari tampang sepertinya Ia masih muda sekitar 25 tahunan. "Alamak, matanya tertuju padaku." aku tetap dengan gayaku yang apa adanya dan tak mempedulikan tatapannya. aku yakin Ia menilai bahwa aku seorang yang berantakan dan tak pintar menghias diri. "Ah, sial tatapannya membuatku semakin tak percaya diri." kataku berkata di dalam hati karena melihat tatapannya sinis sebelah mata. Saat pintu lift terbuka pada lantai 8 kantorku, ternyata Ia pun keluar bersamaan denganku, ternyata Ia karyawan kantor sebelah yang wajahnya tak pernah ku lihat.
Suatu ketika, teman kantorku, Novi memintaku untuk menemaninya ke toilet. Tak sengaja aku bertemu dengannya lagi. "Gila cool banget tuh cowo." Ucap Novi pelan sambil mencolek bahu ku
"Mana Mba?" Kataku yang berpura-pura tak tahu.
"Itu, yang barusan keluar dari toilet juga. Gak ada cowo lagi kan selain dia." Jelas Novi singkat sambil senyum-senyum sendiri.
"Oh, dia." Ucapku tak tertarik
"Iya, huft. Kenapa lu? kayaknya gak suka banget." Tanya Novi heran
"Hemm, cool sih.. tapi gw sebel mba, kemaren gw kesiangan kan trus gak sempet dandan udah gitu keringetan juga.. pokoknya kemaren itu hari berantakan buat penampilan gw deh sampe-sampe gw gak PD sama diri gw sendiri, udah gitu gw satu lift sama dia. Lo tau mba, dia itu mandang gw sinis sebelah mata. balagu banget kan. huft sebel gw makanya."
"Oya?? belagu banget tuh cowo." Ucap Novi langsung ilfil.
Beberapa hari berlalu, aku masih ingat tepatnya di hari Jumat. Biasanya aku mengenakan batik terusan dengan berbagai motif yang aku punya. Jumat itu, sengaja aku berpenampilan lebih rapi dari Jumat-Jumat sebelumnya karena aku di undang oleh rekan kerjaku untuk menghadiri resepsi pernikahannya. Aku mengenakan baju batik terusan dengan motif indah warna merah kombinasi biru dan hijau dengan sepatu putih higheels dan ber make up soft remaja. Sangat feminim, sederhana namun tetap terlihat eksklusif. Sebelum pergi ke resepsi, aku mengajak Novi untuk Solat Ashar terlebih dahulu.
Saat perjalanan menuju Musolah yang letaknya di lantai 6, lagi-lagi aku bertemu dengannya, pria menyebalkan yang pagi kemarin menatapku sinis baru saja keluar dari pintu lift. Ia sempat melihat kami berdua lalu berjalan menuju kantornya, saat itu aku tetap berjalan lurus, dan tertata rapi dengan higheelsku. Tiba-tiba saat Ia berjalan menuju kantornya, sontak Ia berbalik badan dan memutar arah ke toilet. Matanya masih saja memandangku, kali ini bukan tatapan sinis yang Ia pancarkan tetapi dengan mata senyum tak berkedip melihatku.
"Tebar pesona banget sih tuh orang." Bisik Novi ke ujung telingaku.
"Iya, gak ngerti deh gw maksudnya apa." Sahutku singkat. Aneh mungkin Ia pangling melihat penampilanku.
"Positif Thinking aja. hehehehe.."
"Tebar pesona banget sih tuh orang." Bisik Novi ke ujung telingaku.
"Iya, gak ngerti deh gw maksudnya apa." Sahutku singkat. Aneh mungkin Ia pangling melihat penampilanku.
"Positif Thinking aja. hehehehe.."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar